Sobat khoir,
sebelumnya kami telah posting artikel tentang Ilmu Shorof, yaitu Bentuk Fi’il Mudlori’ mabni ma’lum dan majhul. Berikut ini
ilmu sorof. Bab Kedelapan yaitu Bentuk Fiil Amar Hadlir, Isim Fail, Sifat Musabbahat,
Isim Maf’ul dan Isim Mubalaghoh. Harapan kami semoga bab ini dapat mempermudah pemahaman kami dan
juga bagi pembaca semua. Namun sebelumnya kami mohon maaf bila dalam
penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan, karena kami juga masih dalam
tahap belajar. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan.
A. Bentuk
Fiil Amar Hadlir
1. Asal
Mula Fiil Amar Hadlir
Fiil mudhori’ waqi hadlir bila kemasukan lam amar maka menjadi
fiil amar hadlir dan apabila permulaan fiil amar itu mati maka didatangkan
hamzah washol berharakat kasroh yang berfungsi untuk menyambung permulaan huruf
yang mati.
Contoh: اِضْرِبْ Aslinya
adalah ِلتَضْرِبْ
kemudian
lam amar dan ta’ mudloro’ah dibuang dengan alasan agar ringan serta كسرة الاستعمال lalu didatangkanlah hamzah
washol berharakat kasroh untuk menyambung permulaan huruf yang mati maka
jadilah lafadzاِضْرِبْ
Jika setelah membuang lam amar serta ta’ mudlora’ah permulaan fiil
amar tersebut sudah berharakat maka tidak perlu mendatangkan hamzah washol.
Jika ain fi’il berharokat dhomah maka hamzah washol ikut
berharokat dhomah, karena mengikuti harokat ain fi’il serta susah mengucapkan
dari kasroh ke dhomah. Contoh: اُُْْنصر
2. Hukum
Fiil Amar Hadlir
Hukum
fiil amar hadlir adalah mabni menurut alamat jazem fiil mudlore’nya yaitu:
a. Sukun :
apabila akhirnya berupa huruf shohih
Contoh:اِضْرِبْ
b. Membuang
huruf illat : apabila akhirnya
berupa huruf illat
Contohِارْمِ . اُعْزُ ،اخش :
Contoh: ِإضْرِبِى , اِضْرِبُوا , ِاضْرِبَا
B. Pengertian
Isim Fail Dan Wazan-Wazannya
1. Pengertian
Isim Fail
اِسْمُ الْفَاعِلِ هُوَمَا دَلَ عَلَى مَنْ وَ قَعَ مِنْهُ الْفِعْلُ
Yaitu kalimat yang menunjukkan arti
orang yang melakukan pekerjaan
Contoh: نَا صِرٌ (orang yang
menolong)
ضَارَبٌ (orang yang memukul)
Menurut
Syeikh Muhammad al-Hudlori isim fail adalah:
مَا دَلَ عَلَى فَاعِلِ الحَدِثِ وجَرَى مَجْرَى الْفِعْلِ فِى اِ فَا دَةِ الْحُدُوثِ
Yaitu
kalimat yang menunjukkan arti orang yang melakukan pekerjaan dan kalimat
tersebut punya kesamaan dengan kalimat fiil dalam memiliki makna yang tidak
melekat.
Maka
dari definisi ini bisa mengecualikan isim maf’ul dan sifat musabbahat serta af’al
al-tafdil.[3]
2. Wazan-Wazan
Isim Fail
a.
Wazan isim fail dari fiil tsulasi mujarrod
Wazan
isim fail dari fiil tsulasi mujarrod itu adalah فَاعِلٌ
Wazan
ini dihukumi qiyasi apabila dari fiil
yang mengikuti wazanفَعَلَ yang difathah ‘ain fiilnya
baik muta’addi maupun lazim
Contoh:ضَرَبَ فهوضارب (orang yang
memukul)
ذَهَبَ فهو ذاهب (orang yang pergi)
Contoh:رَكِبَ فهو رَاكِبٌ (orang yang
naik kendaraan)
عَلِمَ فهوعَاِلمٌ (orang yang alim)
Jika
dari fiil yang ikut wazan فَعِلَ (yang dikasroh ‘ain fiilnya) yang lazim dan fiil yang ikut wazan فَعُلَ (yang didhommah ‘ain fiilnya) kemudian isim failnya di ikutkan
wazan فَاعِلٌ maka dihukumi
sama’i
Contoh:
سَلِمَ فهو سَاِلمٌ (orang yang selamat)
حَمُضَ فهو حَامِضٌ (sesuatu yang masam)
Adapun
bentuk qiyasi isim fail dari fiil yang ikut wazan فَعِلَ (dikasroh ‘‘ain fiilnya) yang lazim adalah:
a. فَعِلٌ Dari fiil fiil yang menunjukkan arti sesuatu yang baru datang
(bukan watak) yang tidak melekat[5]
Contoh: فَرِحَ فهو فَرِحٌ (orang yang gembira)
بَطِرَ فهو بَطِرٌ (yang tidak mensyukuri nikmat)
b. اَفْعَلُ Dari fiil fiil yang menunjukkan arti warna
atau kondisi yang tampak pada fisik
Contoh: حَمِرَ فهواَحْمَرُ (yang merah)
جَهِرَ فهواَجْهَرُ (yang tidak bias melihat ketika kena sinar matahari)
عَوِرَ فهواَعْوَرٌ (yang buta sebelah matanya)
Contoh: َروَىَ فهورَيَّانُ (yang segar)
صَدِىَ فهوصِدْيَانُ (yang haus)
عَطِشَ فهوعَطْشَانُ (yang haus
karena panas dalam)
Jika
fiil tsulasi mengikuti wazan فَعُلَ (di dlomah ‘ain
fiilnya) maka mayoritas isim failnya ikut wazan:
1. فَعْلٌ contoh: ضَحُمَ فهو ضَحْمٌ (yang gemuk)
شَهُمَ فهو شَهْمٌ (yang cerdas
hatinya)
2. فَعِيْلٌ contoh: جََمُلَ فهو جَمِيْلٌ (yang bagus)
شَرُفَ فهو شَرِيْفٌ (yang mulia)
dan
dihukumi قليل
jika diikutkan wazan اَفْعَلُ dan فَعَلٌ
Contoh: خَضُبَ فهو اَخْضَبٌ (yang memakai
pacar)
حَسُنَ فهوحَسَنٌ (yang bagus)
b.
Wazan isim fail fari fiil selain tsulasi mujarrod
Sedangkan
bentuk isim fail dari fiil selain tsulasi mujarrod adalah sesuai dengan bentuk
fiil mudhore’nya dengan syarat mendatangkan huruf miim yang berharakat dlommah
pada tempatnya huruf mudhoro’ah dan membaca kasroh huruf sebelumnya akhir
secara mutlaq.
Contoh: يَنْطَلِقُ فهو مُنْطَلِقٌ
يَتَعَلِّمُ فهو مُتَعَلِّمُ
C. Pengertian
Sifat Musabbahat
هُوَمَاصِيْعَ مِنْ فِعْلِ لاَ زِمٍ لِقَصْدِ نِسْبَةِ الصِّفَةِ اِلَى الْمَوْصُوْفِ مِنْ غَيْرِ اِعْتِبَارِالزَّمَانِ
الْحَالِ وَاْلاِسْتِقْبَالِ وَالْمَاضِى
Yaitu
kalimat isim yang dicetak (dari masdarnya) fiil lazim dengan tujuan untuk
menisbatkan sifat pada mausuf (perkara yang disifati) tanpa memandang zaman hal
istiqbal dan madli.
Contoh: حسن (orang yang tampan)
Lafadz ini tercetak dari masdarnya fi’il lazim yaitu lafadz حسنا , tujuannya untuk menisbatkan
sifat tampan kepada seseorang tanpa melihat zaman maknanya lafadz ini yaitu
tetapnya sifat tampan pada seseorang pada semua waktu.[7]
Semua isim sifat yang tidak mengikuti wazan فَاعِلٌ dinamakan
sifat musabbahat, jika dikehendaki ma’na الثبوت (melekat) dan الدوام (langgeng)
Sedang penamaan sifat musabbahat dengan kata isim fail itu
dikategorikan majaz. Jika isim sifat musabbahat itu dikehendai makna hudust
(makna yang tidak selalu melekat) maka menjadi isim fail.
Sifat musabbahat yaitu suatu sifat yang melekat pada orang atau
sesuatu yang disifati. Maka sifat musabbahat ini harus dicetak dari fiil lazim
sedangkan isim fail dapat dicetak dari fiil lazim dan fiil mutaaddi.
-
Menurut al-asqoti dkk.: jika menghendaki sifat musabbahat yang
menjelaskan arti hudust (ma’na yang
tidak selalu melekat) maka pindahlah ke wazan فَاعِلٌ
-
Menurut as-Syatibi dkk didalam kitab at-Tasyrih menjelaskan: jika
menghendaki maka hudust sesuatu yang bagus maka katakanlah حَا سِنٌ bukan حَسَنٌ
apabila
isim fail ikut wazan فَاعِلٌ dimudhofkan ke isim yang
dirafa’kannya yang otomatis menunjukkan makna melekat maka isim tersebut
menjadi sifat musabbahat
Contoh: طَا هِرٌ القَلْبِ yang suci
hatinya
شَا حِطُ الدَارِ yang sangat jauh rumahnya
Keserupaan
Isim Sifat Musabbahat Dengan Isim Fail[8]
Isim sifat musabbahat artinya secara bahasa yaitu isim sifat yang
memiliki keserupaan dengan isim fail . keserupaannya adalah:
- Di dalam makna
Sama-sama menunjukkan pada suatu makna yang menetap pada suatu dzat
- Di dalam lafadz
Isim
sifat musabbahat ketika ditasniyahkan dimuanaskan dan dijamakkan itu serupa
dengan isim fail
seperti:
حَسَنٌ حَسَنَةٌ حَسَنَانِ حَسَنُوْنَ حَسَنَاتٍ
hal
ini sama dengan isim fail
ضَارِبٌ ضَارِبَةٌ ضَارِبَانِ ضَارِبُوْنَ ضَاِربَاتٌ
Perbedaan
Isim Sifat Musabbahat Dan Isim Fail[9]
1. Isim
sifat musabbahat menujukkan sifat yang menetap pada seseorang dan selalu
melekat contoh حَسَنٌ
(orang yang tampan) sedangkan isim fail itu menunjukkan sifat yang
menetap tetapi tidak selalu melekat contoh
قَائِمٌ (orang yang berdiri)
2. Isim
sifat musabbahat pada qiyasnya tercetak dari fiil lazim dan tidak bisa dicetak
dari fiil mutta’adi
Sedang
isim fail secara qiyasi bisa dicetak dari fiil lazim maupun fiil muta’adi
3. Isim
sifat musabbahat wazannya tidak mengikuti wazannya fiil mudhori’ (dalam segi mati dan hidupnya huruf) sedang
isim fail itu mengikuti wazannya fiil mudhori’ seperti قَائِمٌ dalam segi
mati dan hidupnya huruf itu sama dengan يَقُوْمُ
4. Isim
sifat musabbahat boleh diidhofkan pada failnya bahkan hal ini yang terbaik
Seperti حَسَنٌ الخُلُقُ (yang baik akhlaqnya) boleh diucapkan حَسَنُ الخُلُقِ
Sedang
isim fail tidak boleh di idhofkan pada failnya seperti قَائِمٌ ابُوْهُ (yang berdiri
ayahnya) tidak boleh diucapkan قَائِمُ أَبِيْهِ
Isim
sifat musabbahat dari fiil selain tsulasi mujarot itu sama dengan wazannya isim
fail
Contoh: مُعْتَدِلَ القَامَةِ : yang bodinya sedang (proporsional)
مُشْتَدُّالعَزِيْمَةِ : yang kuat
tujuannya
D. Pengertian
Isim Maf’ul Dan Bentuk-Bentuknya
اَلاِسْمُ الْمَفْعُوْلِ هُوَمَا دَلَ عَلَى مَا وَقَعَ عَلَيْهِ الْفِعْلِ
Yaitu
kalimat yang menujukkan arti orang / sesuatu yang terkena pekerjaan[10]
Contoh: مَكْسُورٌ : perkara yang dipecahkan
مَضْرُوبٌ : orang yang dipukul
Isim
maf’ul dari fiil tsulasi mujurrod wazannya ada 2 yaitu:
1.
مفعول contoh مضروب (yang dipukul) wazan ini dihukumi qiyasi
2.
فعيل contoh جَرِيْحٌ(yang dilukai) wazan ini dihukumi sama’i
Perbedaan
wazan فَعِيْلٌ digunakan untuk isim maf’ul dan isim fail
adalah:
-
Bila digunakan untuk isim maf’ul maka lafadznya sama antara
laki-laki dan perempuan
Contoh: رجلٌ قَتِيْلٌ : laki-laki yang dilukai
إمرأةٌ قَتِيْلٌ : Perempuan
yang dilukai
-
Bila digunakan untuk isim fail maka lafadznya berbeda antara
laki-laki dan perempuan
Contoh: رَجُلٌ كَرِيْمٌ : laki-laki yang mulia
مَرْأَةٌ كَرِيْمَةٌ : perempuan yang mulia
E. Bentuk
Isim Mubalaghoh
Isim fail jika ingin dikehendaki makna mubalaghoh dengan kata lain
makna taksir (memperbanyak) maka mayoritas dipindah ke bentuk فَعُوْلٌ , مِفْعَالٌ , فَعَّالٌ
Contoh:
وَهَّابٌ Yang banyak memberi
مِسْقَامٌ Yang sering sakit
شَكُوْرٌ Yang banyak
berterima kasih
Dan
dihukumi sedikit jika dipindah ke bentuk فَعِلٌ dan فَعِيْلٌ
Contoh:
عَليِمٌ Yang banyak
ilmunya
حَذِرٌ Yang banyak berhati-hati
Bentuk
isim mubalaghoh hanya bisa terbuat dari isim fail dari fiil tsulasi mujarrod
SIMPULAN
Dari
pemaparan di atas dapat disimpulkan sebagaimana berikut:
1. Hukum
fiil amar hadlir adalah mabni dan dimabnikan pada alamat jazem fiil mudhore’nya
2. Isim
fail adalah kalimat yang menunjukkan arti orang yang melakukan pekerjaan
3. Isim
sifat musabbahat adalah kalimat yang menunjukkan makna yang melekat pada suatu
dzat dan hanya tercetak dari fiil lazim
4. Isim
maf’ul adalah kalimat yang menunjukkan arti orang atau sesuatu yang terkena
pekerjaan
5. Isim
mubalaghoh adalah isim fail yang dipindah ke wazan tertentu yang menunjukkan
makna mubalaghoh atau taksir (memperbanyak)
SUMBER
A. Maisur
Sindi. Nailu al-Amal. Kediri: tp.,
1973.
Abdul Kholiq.
Tarjamah Nadlom Maqsud. Nganjuk: tp.,
tt.
Muhammad
al-Hudlori. al-Hudlori II, Hasyiah Ibn al-Aqil, Dar Ihya’ al-Kutub al-Arabiyah. Beirut: Dar al-Fikr, tt.
Muhammad bin
Ahmad ash-Shoban. as-Shoban II Hasyiyah
al-Asmuni. Beirut: Dar al-Fikr, tt.
A. bin
Muhammad bin Hamdun bin al-Haj. Ibn
Hamdun II. Surabaya: al-Hidayah, tt.
Musthofa
al-Ghayalaini. Jami’ ad-Durusy. Beirut:
Dar al-Fikr, tt.
M.Sholihuddin Sofwan, Mabadi’
Ash-Sharfiyah. Jombang: Dar al-Hikmah, tt.
DISUSUN OLEH:
Sarwono, dkk.
PBA Madin INSURI Ponorogo
Artikel Terkait
- Fi’il Tsulatsy Mujarrad dan ruang lingkupnya
- Fi’il Tsulatsy Mazid dan ruang lingkupnya
- Fi’il Ruba’i Mujarrod dan Mulhaq serta ruang lingkupnya
- Fi’il Ruba’i Mazid dan ruang lingkupnya
- Masdardan Lafadz Yang Mustaq Dari Masdar
- Fi’il Madli mabni ma’lum dan majhul, dan Hamzah washol sertaruang lingkupnya
- Bentuk Fi’il Mudlori’ mabni ma’lum dan majhul
- Tashrif lughowidan lafadz bina' shohih
[3] Muhammad
al-Hudlori, al-Hudlori II Hasyiah Ibn al-Aqil, Dar Ihya’ al-Kutub al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Fikr, tt.), hal.
34.
[4] Muhammad
bin Ahmad ash-Shoban, as-Shoban II
Hasyiyah al-Asmuni, (Beirut: Dar al-Fikr, tt.), hal. 313.
[6] Ibid.,
hal. 35.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar