Ajaran islam adalah ajaran yang
bersumber pada wahyu Allah, Al-Qur’an dalam penjabarannya terdapat pada hadis
Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam Islam mendapat perhatian yang sangat
besar. Berdasarkan bahasa, akhlak berarti sifat atau tabiat. Berdasarkan
istilah, akhlak berarti kumpulan sifat yang dimiliki oleh seseorang yang melahirkan perbuatan baik dan
buruk.
Konsep
Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
seseorang, darinya lahir perbuatan yang mudah tanpa pertimbangan pikiran
terlebih dahulu. Akhlak meliputi jangkauan yang sangat luas dalam segala aspek
kehidupan. Akhlak meliputi hubungan hamba dengan Tuhannya (vertikal) dalam
bentuk ritual keagamaan dan berbentuk pergaulan sesama manusia (horizontal) dan
juga sifat serta sikap yang terpantul terhadap semua makhluk (alam semesta).
Bidang akhlak adalah bidang yang amat penting dalam sistem
hidup manusia. Ini disebabkan oleh nilai manusia itu pada hakikatnya terletak
pada akhlak dirinya. Semakin tinggi nilai akhlak diri seseorang itu maka makin
tinggi pula nilai kemanusian pada dirinya. Akhlak ini jugalah yang membedakan
antara insan dengan hewan dari segi perilaku, tindak-tanduk dan tanggungjawab
dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang tidak berakhlak adalah sama
tarafnya dengan hewan malah lebih rendah dari itu.
Akhlak mempunyai kedudukan paling tinggi dalam hirarki
tamaddun ummat manusia. Oleh itu, masyarakat yang tidak mempunyai nilai akhlak
tidak boleh dianggap sebagai masyarakat yang baik dan mulia walaupun mempunyai
kemajuan yang dalam bidang ekonomi, teknologi dan sebagainya.
Dalam hal ini, penyusun akan menguraikan pengertian
akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah.
A. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Akhlak Mahmudah ?
2.
Apa pengertian
Akhlak Madzmumah ?
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian Akhlak Mahmudah
2.
Untuk mengetahui pengertian Akhlak Madzmumah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Mahmudah
Akhlak
mahmudah merupakan segala macam sikap dan tingkah laku yang baik (yang
terpuji). Akhlak mahmudah tentunya dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang
terpendam dalam jiwa manusia.[1]
Adapun akhlak atau sifat-sifat mahmudah sebagaimana yang dikemukakan oleh para
ahli akhlak antara lain:
1. Bersyukur
Syukur
menurut Ibnu Quddamah dalam bukunya “minhajul qashidin” adalah menggunakan
nikmat Allah SWT dalam (ruang lingkup) hal-hal yang dicintainya. Bersyukur pada
tataran menjadi pribadi unggul berlaku pada dua keadaan yaitu sebagai tanda
kerendahan hati terhadap segala nikmat yang diberikan oleh Sang Pencipta adalah
sama, baik sedikit atau banyak dan sebagai ketetapan daripada Allah, supaya
kebajikan senantiasa dibalas dengan kebajikan. Allah berfirman:
øÎ)ur c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ ( ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9
Artinya : “…. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan sekiranya kamu mengingkari kufur (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
Syukur dibagi menjadi
tiga macam antara lain:
a.
Syukur dengan hati, yaitu
niat melakukan kebaikan dan tidak menampakkannya kepada manusia.
b.
Syukur dengan lisan, yaitu
menampakkan rasa terima kasih kepada Allah SWT dengan pujian.
c.
Syukur dengan anggota badan, yaitu menggunakan seluruh nikmat Allah
dalam ketaatan kepada-Nya.
2. Sabar
Sabar
yaitu sifat tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah; tidak lekas patah hati;
tidak lepas putus asa, tenang dan lain sebagainya). Di dalam menghadapi cobaan
hidup, ternyata kesabaran ini sangat penting untuk membentuk individu/ pribadi
unggul. Manusia diciptakan dengan disertai sifat tidak sabar dan karenanya ia
banyak berbuat kesalahan. Akan tetapi, agama meminta setiap orang agar bersabar
karena Allah. Orang beriman harus bersabar menunggu keselamatan yang besar yang
Allah janjikan. Inilah perintah di dalam Al-Qur`an:
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#rçÉ9ô¹$# (#rãÎ/$|¹ur (#qäÜÎ/#uur (#qà)¨?$#ur ©!$# öNä3ª=yès9 cqßsÎ=øÿè?
Artinya :“Hai orang-orang yang
beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga
(di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali
Imran: 200).
Sabar merupakan sifat yang tergolong positif yang
diterangkan dalam Al-Qur`an. Seseorang bisa saja rendah hati, sederhana, baik
budi, taat atau patuh; namun semua kebaikan ini hanya akan berharga ketika kita
menggabungkannya dengan kesabaran. Kesabaranlah yang diperlihatkan dalam
berdo’a dan merupakan sifat orang beriman, yang membuat do’a-do’a kita dapat
diterima.[2]
Orang yang berakhlak karena ketakwaan kepada Allah SWT
semata-mata, maka dapat
menghasilaka kebahagiaan, antara lain:
a.
Mendapat tempat
yang baik didalam masyarakat,
b.
Akan disenangi orang
dalam pergaulan,
c.
Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi
dan sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan,
d.
Orang yang bertaqwa dan berakhlak mendapat pertolongan
dan kemudian dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan yang baik, dan
e.
Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari
segala penderitaan dan kesukaran.[3]
B. Pengertian
Akhlak Madzmumah
Akhlak madzmumah adalah segala macam sikap dan tingkah
laku yang tercela yang terpendam dalam jiwa manusia yang dilahirkan dari
sifat-sifat madzmumah.[4] Akhlak madzmumah dapat mengakibatkan berbagai macam
kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun
kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam
membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan
kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah SWT dalam Surat Ar-Ruum
ayat 41 yang berbunyi:
tygsß ß$|¡xÿø9$# Îû Îhy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷r& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_öt
Artinya :“Telah nampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar-Ruum: 41).[5]
Adapun akhlak atau sifat-sifat madmumah sebagaimana
yang dikemukakan oleh para ahli akhlak antara lain:[6]
1.
Iri
Iri atau
hasad yang termasuk akhlak madzmumah adalah rasa atau sikap tidak senang atas
kenikmatan yang dipeoleh orang lain, dan berusaha untuk menghilangkan
kenikmatan itu dari orang lain, baik dengan maksud supaya kenikmatan itu
berpindah ketangan sendiri atau tidak.[7]
Adapun sebab-sebab
timbulnya sifat iri adalah adanya rasa sombong didalam diri seseorang, kurang
percaya diri, kurang mensyukurui nikmat Allah, tidak merasa cukup terhadap sesuatu
yang telah dimilikinya, dan tidak percaya kepada qadha dan qadar
Ada beberapa cara menghindari sifat Iri adalah sebagai berikut:
a.
Menumbuhkan kesadaran didalam diri bahwa kenikmatan itu
pemberian Allah SWT, sehingga wajar apabila suatu saat Allah memberi nikmat
kepada seseorang dan tidak memberikannya kepada orang lain.
b.
Membiasakan diri bersyukur kepada Allah SWT dan merasa
cukup terhadap segala sesuatu yang telah diterimanya.
c.
Menjalin persaudaraan dengan orang lain, sehingga
terhindar dari perasaan benci dan tidak senang apabila orang lain mendapatkan
keberuntungan (kesenangan).
d.
Membiasakan diri ikut merasa senang apabila orang lain
mendapat keuntungan (kesenangan).
2. Marah
Menurut
Imam al-Ghozali, tenaga marah itu diciptakan Tuhan dari api, ditanamkan dan
diadukan kedalam diri manusia. Ia bangkit menyala karena sebab-sebab yang
tertentu, menggejolak- menggelegak darah di jantung yang kemudian bertebaran
keseluruh urat-urat. Darah naik dari jantung kebagian atas bagaikan naiknya air
yang mendidih di dalam periuk. Karenanya darah menyembur kemuka lalu jadi
merahlah muka, mata dan kulit, yang
karena jernih dapat membayangkan merah darah. Tenaga marah ini diberikan Tuhan
kepada manusia, dalam rangka mempersenjatai manusia dari musuh-musuhnya yang
datang dari Tuhan.
Menurut al-Ghozali,
marah dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu:
a. Tingkat rendah
Orang yang
bertenaga marah tingkat rendah adalah sangat tercela. Orang tersebut menjadi
orang tidak bersemangat, tidak berwibawa dan sangat lemah pula menanggulangi
bahaya mengancam dirinya. Ia jarang sekali dapat marah sampai pun pada
tempat-tempat yang seharusnya dan sewajarnya ia harus marah. Imam syafi’ie
berkata: “orang yang pada tempatnya marah tetapi tidak juga marah, adalah
seperti keledai”.
b. Tingkat berlebih-lebihan
Orang yang
bertenaga marah tingkat berlebih-lebihan adalah juga sangat tercela, bahkan
lebih tercela dan lebih berbahaya dari pada yang bertenaga marah tingkat
rendah. Tenaga marah yang terlalu kuat, menyebabkan orang menjadi pemarah,
yaitu orang yang suka-suka marah sampaipun pada persoalan yang kecil dan
sepele, apalagi pada persoalan yang memang sudah sepantasnya marah.
Tenaga
marahnya demikian berkuasa, sehingga ia terlepas sama sekali dari kendali akal
dan agama, dan orangnya tidak lagi mampu menimbang, bahkan ia telah menjadi
semacam orang kesurupan. Orang berkata, pada yang demikian, naiklah emosi dan
turunlah akal. Emosi berkuasa atas akal.
Konon
menurut al-Ghozali, pada saat beginilah iblis paling besar kuasanya kepada
manusia. Pada saat beginilah, manusia dapat dijadikan barang permainan oleh
iblis, seperti halnya anak-anak mempermainkan bola. Rosululloh SAW bernasehat
berkali-kali: la taghdhob!, yaitu: jangan engkau marah. (riwayat Bukhori).
c. Tingkat sederhana
Tingkat
sederhana berbeda dengan marah tingkat rendah dan berlebih-lebihan yang tercela
itu, maka marah yang sederhana inilah marah yang baik dan terpuji, sebab marah
yang sederhana ialah marah yang sepenuhnya dibawah kekang kendali akal dan
agama. Ia bangkit dimana perlu dan menurut kadar yang sesuai. Ia juga dapat dan
mudah dipadamkan, kalau keadaan memang memerlukan begitu. Dengan tenaga marah
yang sederhana ini, orang akan mampu mengamalkan firman Tuhan:
tûïÏ%©!$#ur ÿ¼çmyètB âä!#£Ï©r& n?tã Í$¤ÿä3ø9$# âä!$uHxqâ öNæhuZ÷t/
Artinya :“bersikap keras terhadap orang-orang kafir, dan berkasih sayang kepada
sesama mereka (sesama muslim)”. (QS. Al-Fath: 29). [8]
Adapun dampak akhlak madzmumah bagi manusia adalah sebagai berikut: [9] 1). Menghalangi datangnya
ilmu, 2). Penyebab terhalangnya rizqi, 3). Kesulitan dalam segala
urusan, 4). Membuat hati menjadi gelap, 5). Perbuatan dosa dan
maksiat merupakan warisan umat-umat dahulu yang telah dibinasakan dengan berbagai macam adzab, 6). Kemaksiatan dapat
mewariskan kehinaan bagi pelakunya, 7). Sebab turunnya laknat
dari Allah ta’ala dan Rasul-Nya, dan 8). Penyebab kerusakan di
muka bumi.
SIMPULAN
1.
Akhlak mempunyai kedudukan paling tinggi dalam hirarki
tamaddun ummat manusia.
2.
Akhlak terbagi menjadi dua kategori, yaitu mahmudah dan
madzmumah.
SUMBER
Mustova, A. Akhlak Tasawuf. (Bandung: Pustaka Setia, 2005)
Tatapangarsa, Humaidi. Akhlak
Yang Mulia, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980)
http://buletin.stai-ali.ac.id/?p=244, diakses 04 Oktober 2012
DISUSUN
OLEH:
M. Hadhiq Maftuhin, Mariyah, Lia Riana, Sarwono.
PBA
Madin INSURI Ponorogo
[1] Drs.
H. A. Mustova, Akhlak Tasawuf,
(Bandung: Pustaka Setia, 2005), 197
[2] http://3puspainspirasi.blogspot.com/2009/11/akhlak-mahmudah-dan-akhlak-madzmumah.html,
diakses 04 Oktober 2012
[3] Ibid,
Drs. H. A. Mustova, Akhlak Tasawuf,
26
[4] Ibid,
Drs. H. A. Mustova, Akhlak Tasawuf,
198
[5] http://grupsyariah.blogspot.com/2012/05/akhlak-mahmudah-terpuji-dan-akhlak.html,
diakses 04 Oktober 2012
[6] Ibid, http://3puspainspirasi.blogspot.com/2009/11/, diakses 04 Oktober 2012
[7] Drs.
Humaidi Tatapangarsa, Akhlak Yang Mulia, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980),
160
[8] Ibid,
Drs. Humaidi Tatapangarsa, Akhlak Yang Mulia, 164-166
[9] http://buletin.stai-ali.ac.id/?p=244,
diakses 04 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar